Minggu, 06 Maret 2011

Burung Gagak


Pada suatu petang seorang tua bersama anak mudanya yang baru
menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang-bincang di halaman
sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka.

Tiba-tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pokok berhampiran.
Si ayah lalu menuding jari ke arah gagak sambil bertanya, "Nak,
apakah benda itu?" "Burung gagak", jawab si anak.

Si ayah mengangguk-angguk, namun sejurus kemudian sekali lagi
mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak menyangka ayahnya kurang
mendengar jawabannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu
burung gagak ayah!"

Tetapi sejurus kemudian si ayah bertanya lagi soal yang sama. Si
anak merasa agak keliru dan sedikit bingung dengan persoalan yang
sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, "BURUNG
GAGAK!!" Si ayah terdiam seketika.

Namun tidak lama kemudian sekali lagi sang ayah mengajukan
pertanyaan yang serupa hingga membuat si anak hilang kesabaran dan
menjawab dengan nada yang kesal kepada si ayah, "Gagak lah
ayah......." .

Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi membuka
mulut
hanya untuk bertanya soal yang sama. Dan kali ini si anak benar-
benar hilang sabar dan menjadi marah.

"Ayah!!! saya tak tahu ayah paham atau tidak. Tapi sudah lima kali
ayah bertanya soal hal tersebut dan saya sudah juga memberikan
jawabannya. Apa lagi yang ayah mau saya katakan???? "Itu burung
gagak, burung gagak ayah.....", kata si anak dengan nada yang begitu
marah.

Si ayah terus bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang
kebingungan. Sesaat kemudian si ayah keluar lagi dengan sesuatu
ditangannya.

Dia menghulurkan benda itu kepada anaknya yang masih geram dan
tertanya-tanya. diperlihatkannya sebuah Diary lama. "Coba kau baca
apa yang pernah ayah tulis di dalam Diary itu", pinta si ayah. Si
anak setujudan membaca paragraf yang berikut..... .....

"Hari ini aku di halaman menemani anakku yang genap berumur lima
tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon berhampiran. Anakku
terus
menunjuk ke arah gagak dan bertanya, "Ayah, apa itu?". Dan aku
menjawab, "burung gagak". Walau bagaimana pun, anak ku terus
bertanya soal yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan
jawaban yang sama.

Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan
sayangnya aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya.
Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan yang berharga."

Setelah selesai membaca paragraf tersebut si anak mengangkat muka
memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan
bersuara, "Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama
sebanyak lima kali, dan kau telah hilang sabar serta marah."

"Jagalah Hati Kedua Orang Tuamu, Hormatilah Mereka. Sayangilah Mereka
Sebagaimana Mereka Menyayangimu Diwaktu Kecil"

Tidak ada komentar: