Demikianlah
cerita sederhanaku :
Saya
pernah melakukan live in tinggal sama pengemis, saya disuruh juga mencari uang
dengan cara apapun dan saya pun memilih mengemis sama seperti yang dilakukan
oleh mereka. Tanpa ada uang sepersenpun yang saya punya didompet karena selama
live in kita dilarang untuk menggunakan uang hasil orang tua kita, harus dari
hasil kerja keras kita. Dan pada saat itu saya terkejut dengan satu anak kecil,
padahal dia memakai baju yang lusuh bahkan lebih jelek dari saya miliki dan
saya heran kenapa dia bisa membagi-bagi makanan. Pertama-tama saya berasumsi
bahwa ada orang kaya yang membagi-bagi makanan untuknya dan kami, rupanya makanan
itu hasil dari kerja kerasnya sendiri. Saya benar-benar dibuat salut olehnya. Kemudian
saya telusuri lagi bagaimana dia mencari uang, kemudian saya pun tertegun melihat
dia berkerja menjadi pembersih kap mobil, jualan kue, dan pembersih pantopel(sepatu)
serta ia pun sangat rajin sekali bersembayang ditempat ibadahnya. Kemudian saya
sadar selama ini saya punya mental pengemis alias mau cari instan saya dalam
berupaya, seharusnya saya lebih tahu makna dari saya melakukan live in ini
yaitu menghargai sesama kita baik dalam pemikiran dan perbuatan kita (berempati).
Saya benar-benar keliru dalam berupaya sebelum saya melihat anak kecil
tersebut, seharusnya saya bisa seperti anak kecil tersebut, bilapun saya dalam
kesusahan kita masih bisa dan mesti menggunakan panca indera kita selama itu
berfungsi dengan baik dan menggunakan otak dan pikiran kita dengan matang dalam
berupaya. Pasti kita lebih tahu makna dari empati dari melakukan live
in ataupun aktivitas-aktivitas lain yang berupaya mengembangkan nilai-nilai
moralitas kita. Kesimpulannya janganlah bermental seperti pengemis tapi
berusahalah, anda itu masih memiliki kelengkapan dari mereka-mereka yang tidak
mampu untuk berutinitas seperti yang bisa kita lakukan. Ayo kita lebih
bersemangat dari sekarang!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar